LAPORAN BACAAN
NAMA : APRIN SARAGIH
SEMESTER : III (TIGA)
MATA KULIAH : DOGMATIKA II
DOSEN : MARIANUS TWANG, M.Th
JUDUL BUKU : DOGMATIKA MASA KINI
PENGARANG : DR. B. J. BOLAND
A. Manusia Diciptakan oleh Allah
Alkitab mengatakan bahwa setelah Allah menciptakan bumi, langit, tumbuhan, dan binatang, serta segala benda-benda yang lain, Allah menciptakan manusia. Alkitab mencatat, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ... maka Allah menciptakan manusia itu" (Kej 1:26-27). Jadi, manusia bukanlah hasil proses pengembangan alami yang sempurna dari makhluk yang lebih rendah tingkatannya seperti yang dikembangkan oleh teori naturalistik. Manusia bukanlah pengembangan dari kayu, batu, tumbuhan, apalagi binatang, seperti teori evolusi Darwin yang mengatakan bahwa manusia berkembang dari kera.
Manusia diciptakan khusus oleh Allah, sebagaimana bumi serta segala isinya diciptakan oleh Allah. Temuan fosil manusia purba adalah hasil rekaan manusia, yang hendak menunjukkan bahwa bangsa manusia telah mengalami perkembangan sedemikian rupa, khususnya dalam hal bentuk tubuh dan ciri bawaannya. Penciptaan Adam dan Hawa dapat membuktikan bahwa sesungguhnya mereka adalah manusia yang sangat sempurna sebab dibentuk oleh Allah sendiri. Bahkan manusia diciptakan hampir sama dengan Allah. Daud bermazmur, "Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? ... namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Jika manusia hampir sama seperti Allah atau dengan kata lain istimewa dalam penciptaannya, tidak mungkin manusia berkembang dari benda atau makhluk yang kurang berharga, yang tidak pernah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
B. Manusia Diciptakan Menurut Gambar dan Rupa Allah
Istilah "gambar dan rupa" sebenarnya adalah dua istilah yang memiliki makna yang sama. Memang dalam Kejadian 1:26 dituliskan bahwa manusia diciptakan sesuai gambar dan rupa Allah, namun sesungguhnya dalam bahasa Ibrani tidak ada kata penghubung "dan" yang menunjukkan bahwa sebenarnya kedua kata tersebut digunakan hanya untuk memberi penekanan, bukan dua arti yang berbeda. Arti kata gambar adalah suatu peta yang memiliki bentuk patron. Berarti, peta tersebut bukanlah baru dibentuk, tetapi tinggal mengikuti bentuk patronnya. Umumnya, sebelum seorang menjahit baju, ia terlebih dahulu membuat patronnya. Sedangkan kata rupa berarti suatu gambar yang modelnya harus sesuai dengan bentuk yang pertama. Dari arti kata dan dapatlah dikatakan bahwa sebenarnya keduanya punya arti yang sama. Jadi, apa artinya diciptakan sesuai gambar dan rupa Allah.
1. Allah adalah patron dasar manusia.
Manusia tidak hadir dengan sendirinya, tetapi memiliki sumber, yaitu Allah. Hal ini berarti manusia harus kembali kepada Allah sebagai sumbernya. Dalam konteks penciptaan, manusia harus kembali mempertanggungjawabkan tugas dan pekerjaannya dalam mengolah bumi kepada Allah. Dalam konteks kejatuhan sekarang ini, manusia dalam mengalami masalah dan kesulitan dapat kembali kepada Allah. Dalam Allah sajalah, sebagai patron dasar, manusia dapat melihat bukan hanya masalahnya, melainkan juga kesalahannya. Dengan kata lain, manusia dapat menyelesaikan segala kesulitan, baik yang sifatnya internal, dari dalam diri manusia, maupun eksternal dari luar dirinya, di dalam Allah untuk disesuaikan kembali dengan bentuk patronnya.
2. Manusia mencerminkan Allah.
Dalam tugasnya sebagai tuan atas bumi, manusia mencerminkan Allah pencipta. Dalam mencerminkan Allah, manusia bukanlah hanya secara pasif bertindak sebagai cermin, tetapi juga harus berusaha secara aktif untuk mencerminkan Allah. Dalam konteks kejatuhan, manusia sama sekali tidak mampu mencerminkan Allah karena rusak secara total oleh dosa. Namun, pembaruan dalam Kristus memungkinkan manusia untuk kembali dan berusaha mencerminkan Allah. Yesus memperbarui agar manusia hidup serupa dengan Allah (1Yo 2:6). Memang manusia tidaklah dapat mencerminkan Allah secara utuh karena ada perbedaan kualitas. Namun, manusia tetaplah harus terlihat sebagai refleksi tertentu dari Allah.
3. Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah.
Manusia memiliki potensi-potensi seperti Allah, tetapi manusia harus tetap mempertanggungjawabkan segala potensinya kepada Allah yang telah memberikan potensi dan tanggung jawab kepada manusia. Dalam bahasa Perjanjian Baru, manusia harus mempertanggungjawabkan segala karunia yang telah Allah berikan untuk memperlengkapi manusia.
C. Definisi Dosa
Dosa memiliki arti dasar: tidak mengena pada sasaran, meleset dari tujuan, melanggar batas, tidak taat/tidak patuh, melawan atau memberontak. Dosa dapat didefinisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta yang menyebabkan manusia tidak taat, melanggar hukum Allah, dan menyimpang dari tujuan Allah yang menciptakannya. Dosa selalu berkontradiksi dengan kekudusan Allah sehingga tidak dapat dipandang sepele, sebaliknya harus dipandang serius.
Dosa bukanlah sesuatu yang timbul dari sifat kebinatangan manusia karena manusia diciptakan berbeda secara esensial dengan binatang. Dosa juga bukan nafsu fisikal manusia semata-mata. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan setelah kejatuhan Adam dalam dosa, dosa melekat pada setiap manusia keturunannya seperti yang diungkapkan oleh Daud, "Sesungguhnya, ... dalam dosa aku dikandung ibuku."
D. Asal Usul Dosa
Dosa berasal dari Iblis. Iblislah yang pertama kali memberontak terhadap Allah dan ia ingin mengajak manusia ciptaan Allah untuk juga memberontak terhadap Allah. Alkitab berkata, "Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya" . Iblis menggoda Hawa untuk melanggar peraturan atau larangan Allah sama seperti yang ia telah lakukan. Selanjutnya, Hawa menggoda Adam untuk menuruti keinginan Iblis. Akhirnya, Iblis berhasil membawa Adam dan Hawa menuruti keinginannya. Rasul Yohanes berkata, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran" .
Memang Allah yang memberi kehendak bebas manusia sehingga manusia bisa memilih menaati Allah atau melawan Allah. Tetapi itu bukan berarti Allah yang menghendaki manusia berdosa. Manusia memberontak dan berbuat dosa atas keinginannya sendiri yang memilih mengikuti keinginan Iblis. Misalnya, seorang bapa membelikan anak remajanya sebuah sepeda motor. Hal ini dilakukannya supaya anaknya dapat lebih luas beraktivitas dan menghemat banyak ongkos transportasi. Namun, anaknya suka menggunakan motor tersebut dengan berkebut-kebutan yang akhirnya membawanya pada kecelakaan yang merenggut nyawanya. Apakah dengan demikian bapanya yang menghendaki kematian anaknya? Tentu tidak. Anaknyalah yang menyalahgunakan apa yang telah diberi oleh bapanya.
D. Akibat Dosa
1. KEMATIAN ROHANI
Allah mengusir manusia dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan manusia yang berdosa ada dalam persekutuan dengan-Nya (Kej 3:24). Ini merupakan bagi manusia sebab pada dasarnya manusia diciptakan untuk berhubungan dengan penciptanya. Roh manusia yang diberikan oleh Allah mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (Rom 3:23; Efe 2:1).
2. KEMATIAN JASMANI
Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan menjadi tanah kembali. Alkitab mencatat, "Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (Kej 3:19). Kehilangan kemuliaan Allah menyebabkan kualitas tubuh manusia menurun drastis. Kematian jasmani merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia, seperti dikatakan oleh Paulus, "Sebab upah dosa ialah maut" (Rom 6:23)
3. RUSAKNYA HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya karena berdasarkan fakta manusia bisa saling merugikan dan saling mencelakakan di dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengejar kesenangan hidup. Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak fakta kejatuhan dalam dosa. Manusia saling mempersalahkan (Kej 3:12-13). Peristiwa Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya. Memang ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini hanya memiliki separuh kebenaran. Kebenaran yang melengkapinya adalah tak kenal, maka tak benci. Kalau mau jujur, orang-orang yang berselisih tajam, saling membenci, saling mengecewakan, bahkan saling membunuh, umumnya adalah orang-orang yang saling kenal, bahkan tidak jarang mereka mempunyai kedekatan secara emosional. Manusia menjadi makhluk yang tinggi egosentrisnya, dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan sesamanya. Keadaan ini sebenarnya bersumber dari rusaknya hubungan manusia dengan Allah sehingga manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan manakah yang bukan. Semuanya hanya menuruti hawa nafsunya sendiri.
4. RUSAKNYA KEHARMONISAN ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM
Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik" (Kej 1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam memiliki hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa menyebabkan manusia tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena keserakahannya. Teknologi yang dibuat manusia cenderung ditujukan untuk merusak alam sehingga dunia sekarang dihantui oleh krisis lingkungan hidup seperti bocornya ozon, banjir karena gundulnya hutan, efek rumah kaca, dan sebagainya yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, kesengsaraan bahkan kepunahan makhluk hidup, terkikisnya kekayaan, krisis air bersih, dan sebagainya.
TANGGAPAN POSITIV
Dalam mempelajari dogmatika sangat pentinglah seorang mahasiswa teologi kritis terhadap sebuah doktrin yang telah beredar dan diakui oleh sekalangan manusia yang akhirnya membangun agama dan paham diatas doktrin yang bertentangan dengan Alkitab. Buku ini menjelaskan akan perkembangan ilm dogmatika kearah masa kini. Buku ini cukup bagus sebab penjelasan mengenai isi buku cukup bagus da mudah dimengerti.
TANGGAPAN NEGATIV
Buku ini banyak menjelaskan akan pokok pokok penting dalam ilmu dogmatika kristen. Dalam buku ini memang penyajiannya telah bagus dan bahasanya juga mudah dimengerti namun penjelasan terhadap sub judul yang terdapat dalam buku ini kurang mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar